فصل قال شيخ الإسلام
باب الغربة
مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين – (3 / -200199)
فإذا أراد المؤمن الذي قد رزقه الله بصيرة في دينه وفقها في سنة رسوله وفهما في كتابه وأراه ما الناس فيه من الأهواء والبدع والضلالات وتنكبهم عن الصراط المستقيم الذي كان عليه رسول الله وأصحابه فإذا أراد أن يسلك هذا الصراط فليوطن نفسه على قدح الجهال وأهل البدع فيه وطعنهم عليه وإزرائهم به وتنفير الناس عنه وتحذيرهم منه كما كان سلفهم من الكفار يفعلون مع متبوعه وإمامه فأما إن دعاهم إلى ذلك وقدح فيما هم عليه فهنالك تقوم قيامتهم ويبغون له الغوائل وينصبون له الحبائل ويجلبون عليه بخيل كبيرهم ورجله
فهو غريب في دينه لفساد أديانهم غريب في تمسكه بالسنة لتمسكهم بالبدع غريب في اعتقاده لفساد عقائدهم غريب في صلاته لسوء صلاتهم
غريب في طريقه لضلال وفساد طرقهم غريب في نسبته لمخالفة نسبهم غريب في معاشرته لهم لأنه يعاشرهم على ما لا تهوى أنفسهم
وبالجملة فهو غريب في أمور دنياه وآخرته لا يجد من العامة مساعدا ولا معينا فهو عالم بين جهال صاحب سنة بين أهل بدع داع إلى الله ورسوله بين دعاة إلى الأهواء والبدع آمر بالمعروف ناه عن المنكر بين قوم المعروف لديهم منكر والمنكر معروف
Ibnu Qayyim Al Jauziyah
APABILA seorang mukmin menghendaki supaya
Allah Subhanahu wata’ala menganugerahinya bashiroh (ilmu yang
mendalam) di dalam agama, pengetahuan akan sunnah Rasul-Nya
Shallallahu’alaihi wasallam dan pemahaman akan kitab-Nya dan
diperlihatkan apa yang manusia ada pada hawa nafsu, bid’ah,
kesesatan dan jauhnya manusia dari shirothol mustaqim yang jadi
jalannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan para
sahabatnya. Apabila ia menghendaki untuk menempuh jalan ini, maka
hendaklah ia persiapkan dirinya untuk dicemooh oleh orang-orang bodoh
dan ahlul bid’ah, dicela, dihina dan ditahdzir oleh mereka.
Sebagaimana pendahulu mereka dari orang-orang kafir melakukannya
terhadap panutan dan imam kita Shallallahu ‘alaihi wa Salam.
Adapun apabila ia menyeru kepada hal itu (shirathal
mustaqiem) dan mencemooh apa-apa yang ada pada mereka, maka mereka
akan murka dan membuat makar kepadanya.
Sehingga dirinya menjadi orang yang :
Asing di
dalam agamanya, dikarenakan rusaknya agama mereka.
Asing di
dalam berpegangteguhnya ia kepada sunnah, dikarenakan berpegangnya
mereka dengan kebid’ahan.
Asing di dalam aqidahnya,
dikarenakan rusaknya aqidah mereka
Asing di dalam sholatnya
dikarenakan rusaknya sholat mereka
Asing di dalam manhajnya
dikarenakan sesat dan rusaknya manhaj mereka
Asing di dalam
penisbatannya dikarenakan berbedanya penisbatan mereka
dengannya
Asing di dalam pergaulannya terhadap mereka
dikarenakan ia mempergauli mereka di atas apa yang tidak disenangi
hawa nafsu mereka
Kesimpulannya: ia adalah orang yang asing di dalam
urusan dunia dan akhiratnya, yang masyarakat tidak ada yang mau
menolong dan membantunya.
Karena dirinya adalah :
Seorang yang berilmu di
tengah-tengah orang yang bodoh
Penganut sunnah di
tengah-tengah pelaku bid’ah
Penyeru kepada Allah Subhanahu
wata’ala dan Rasul-Nya Shallallahu’alaihi wasallam di
tengah-tengah penyeru hawa nafsu dan bid’ah
Penyeru kepada
yang ma’ruf dan pencegah dari yang munkar di tengah-tengah kaum
yang menganggap suatu hal yang ma’ruf sebagai kemunkaran dan suatu
hal yang munkar sebagai ma’ruf.
Madarijus Salikin (III/200)