Jumat, 29 April 2011

Imam al-Ghajali

Imam Al Ghazali, Tokoh terkemuka dalam kancah filsafat dan tasawuf. Terkenal dengan hujjatul Islam (argumentator islam) karena jasanya yang besar di dalam menjaga islam dari pengaruh ajaran bid’ah dan aliran rasionalisme yunani. Memiliki pengaruh dan pemikiran yang telah menyebar ke seantero dunia Islam. Ironisnya seolah ummat Islam merasa asing. Berikut adalah sebagian sisi kehidupannya.
Nama, Nasab dan Kelahiran Beliau
Beliau bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thusi, wilayah Khurasah ( Iran) yang waktu itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al Ghazali. Yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazzali).
Sebagian lagi mengatakan penyandaran nama beliau kepada pencaharian dan keahlian keluarganya yaitu menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazzali). Demikian pendapat Ibnul Atsir. Dan dinyatakan Imam Nawawi, “Tasydid dalam Al Ghazzali adalah yang benar.” Bahkan Ibnu Assam’ani mengingkari penyandaran nama yang pertama dan berkata, “Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al Ghazalah, dan mereka mengingkari keberadaannya.” Ada yang berpendapat Al Ghazali adalah penyandaran nama kepada Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Akhbar, ini pendapat Al Khafaji.
Yang dijadikan sandaran para ahli nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Atsir dengan tasydid. Yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan kakeknya (Diringkas dari penjelasan pentahqiq kitab Thabaqat Asy Syafi’iyah dalam catatan kakinya 6/192-192). Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan memiliki seorang saudara yang bernama Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/326 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193 dan 194).
Kehidupan dan Perjalanannya Menuntut Ilmu
Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”
Setelah meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah harta peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia berkata, “Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian dari harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki harta. Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.”
Lalu keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau berkata, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193-194).
Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali hasil pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya. Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat.
Kiranya Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/194).
Imam Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At Ta’liqat. Kemudian pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/195).
Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191).
Setelah Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazali ke perkemahan Wazir Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di Madrasah An Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan tahun. Disinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai kedudukan yang sangat tinggi.
Pengaruh Filsafat Dalam Dirinya
Pengaruh filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya, Ibnu Taimiyah, Adz Dzahabi, Al Iraqi dan banyak para ulama yang mengetahui benar keadaan beliau. Bahkan Al Ghazali sendiri mengaku hal tersebut.. Beliau menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat, seperti kitab At Tahafut yang membongkar kejelekan filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau juga gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Al Ghazali dalam perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab Asy Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi.” (Majmu’ Fatawa 6/54).
Hal ini jelas terlihat dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu.” (Majmu’ Fatawa 6/54).
Demikianlah Imam Ghazali dengan kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul, tetapi sangat sedikit pengetahuannya tentang ilmu hadits dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya menjadi pengarah dan penentu kebenaran. Akibatnya beliau menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengan meneliti dan membedah karya-karya Ibnu Sina dan yang sejenisnya, walaupun beliau memiliki bantahan terhadapnya. Membuat beliau semakin jauh dari ajaran Islam yang hakiki.
Adz Dzahabi berkata, “Orang ini (Al Ghazali) menulis kitab dalam mencela filsafat, yaitu kitab At Tahafut. Dia membongkar kejelekan mereka, akan tetapi dalam beberapa hal menyetujuinya, dengan prasangka hal itu benar dan sesuai dengan agama. Beliau tidaklah memiliki ilmu tentang atsar dan beliau bukanlah pakar dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat mengarahkan akal. Beliau senang membedah dan meneliti kitab Ikhwanush Shafa. Kitab ini merupakan penyakit berbahaya dan racun yang mematikan. Kalaulah Abu Hamid bukan seorang yang jenius dan orang yang mukhlis, niscaya dia telah binasa.” (Siyar A’lam Nubala 19/328).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Abu Hamid condong kepada filsafat. Menampakkannya dalam bentuk tasawuf dan dengan ibarat Islami (ungkapan syar’i). Oleh karena itu para ulama muslimin membantahnya. Hingga murid terdekatnya, (yaitu) Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan, “Guru kami Abu Hamid masuk ke perut filsafat, kemudian ingin keluar dan tidak mampu.” (Majmu’ Fatawa 4/164).
Polemik Kejiwaan Imam Ghazali
Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia. Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali kepada ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai penggantinya.
Pada tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara barat masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah). Tinggal di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas dan kitab Mahakkun Nadzar. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun.
Ibnu Asakir berkata, “Abu Hamid rahimahullah berhaji dan tinggal di Syam sekitar 10 tahun. Beliau menulis dan bermujahadah dan tinggal di menara barat masjid Jami’ Al Umawi. Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah Al Hafshi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Disampaikan juga oleh Ibnu Khallakan dengan perkataannya, “An Nidzam (Nidzam Mulk) mengutusnya untuk menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad tahun 484 H. Beliau tinggalkan jabatannya pada tahun 488 H.

 Pada usia 27 tahun, ia di tahbis oleh Pir Abu 'Ali Farnadi yang juga guru spiritual Wazir Nizamul Mulk. setelah dua tahun, dipergi ke Yerusalem dan berjiaran pada tempat kelahiran Nabi Isa As. pada tahun 499 H ia berjiarah ke tempat suci Nabi Ibrahim As dan disana dia memancangkan tiga sumpah :
  1. Tidak akan pergi ke Dardar seorang penguasa.
  2. Tidak akan menerima pemberian mereka.
  3. Tidak akan terlibat dalam suatu perdebatan agama.
Selanjutnya beliauberhaji dan tinggal menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah. Kemudian kembali ke Thusi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Ketika Wazir Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau dipanggil hadir dan diminta tinggal di Naisabur. Sampai akhirnya beliau datang ke Naisabur dan mengajar di madrasah An Nidzamiyah beberapa saat. Setelah beberapa tahun, pulang ke negerinya dengan menekuni ilmu dan menjaga waktunya untuk beribadah. Beliau mendirikan satu madrasah di samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang shufi. Beliau habiskan sisa waktunya dengan mengkhatam Al Qur’an, berkumpul dengan ahli ibadah, mengajar para penuntut ilmu dan melakukan shalat dan puasa serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.
Masa Akhir Kehidupannya
Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, “Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri.”
Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.” Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.” Kemudian beliau meluruskan kakinya dan menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari). (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34). Beliau wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/201).
Karya-karya beliau selama hidup hampir 55 tahun dan sudah memulai menulis buku sejak usia 20 tahun. Buku yang beliau tulis hampir berjumlah 400 judul.
Wallahu 'Alam.

Kamis, 28 April 2011

IBADAH


قال الله تعلى:
ولاتقف ماليس لك به علم انّ السّمع والبصروالفؤاد كلّ اولئك كان مسئولا
( الاسراء:36)
Artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesunggguhnya pendengaran,  penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawaban.

ألعبادة هي فعل المكلّف علىخلاف هوى نفسه تعظيما لربّه...... (التعريفات :143)
Artinya:
Ibadah adalah pekerjaan Mukallaf ( yang terkena kewajiban*) yang menyalahi-tidak seiring-hawa nafsu sebagai pengagungan terhadap Rabbnya –sembahannya- ( at-Ta’rifat : 143 )

ألعبادة في الغة معناها : ألتذلّل والخضوع
وفى الشرع معنها : كماقال شيح الاسلام هي طاعةالله بامتثال ماامربه على السنت الرسل..... (العقيدةالوسطية:14)
Artinya:
Ibadah secara bahasa maknanya perendahan diri dan tunduk
Dan menurut syara’ maknanya sebagaimana disampaikan Syaikhul al-Islam ( Ibnu Taimiyah ) adalah: taat kepada Allah Swt. Dengan cara berusaha menyerupakan-segala bentuk tingkah laku-setiap urusan selaras dengan lisan-tuntunan- RasulNya ( Muhammad Saw.)



Senin, 25 April 2011

TUTORIAL BIKIN KARTU

Kartu nama, id dan kartu identitas yang lain merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan kita guna menunjang banyak hal dalam aktifitas sehari-hari, namun......., permasalahannya kita kerap kali merasa bingung bahkan mungkin merasa tidak mampu untuk membuatnya dengan kreasi sendiri, selain bisa berfantasi ria dengan kreasi yang kita miliki yang jelas bajetpun akan lebih di minimalis...... Ok jika itu yang anda fikirkan saya akan berbaik hati untuk anda he...... saya kan anak rajin suka menabung pula..........
Hal pertama yang anda perlukan dalam proses ini tentu saja sofware n hard warenya musti siap, komputer printer n kertas/pvc bahan id/biasa digunakan kartu siswa dan jangan kelewat corel n photoshop  juga sudah terinstal di komputer anda demi menunjang proses editing.
Anggaplah anda sudah siap nah kita mulai ngedit aja ya...........
1. Buka/ edit gambar atau fhoto yang akan anda gunakan di adobe Photoshop kemudian save sementara         atau   anda drag ke corel
2. buka corel anda, tekan f6 untuk membuat kolom kotak dengan ukuran 5,8 x 8,7
kemudian selahkan anda berimajinasi sebebas mungkin untuk membuat kartu nama dengan mutz dan ciri khas yang anda miliki.

Sabtu, 23 April 2011

FENOMENA MASYARAKAT

Pagi, siang, sore sampai malam hari media masa terutama media elektronik sangant diramaikan dengan kedatangan artis baru di blantika dunia artis layar kaca yang nota bene sebagai salah satu personil kepolisian yang tak lain adalah sang fenomental Norman Kamaru dari Gorontalo exist di dunia kaca sebagai polisi yang memberi image positif tentunya untuk instasi kepolisian.

Instansi kepolisian yang kerap kali menjadi momok menakutkan bagi sebagian masyarakat yang dipaksa harus berinteraksi dengan salah satu instasi pemerintahan ini karena di akui atupun tidak ternyata di samping kepolisian memberikan naungan hukum untuk mengamankan sang penjahat instansi kepolisian juga ternyata banyak dihuni oleh oknum-oknum kepolisian yang banyak mencoba meraih keuntungan dikalangan masyarakant lemah atupun kaya. Banyak hal yang membuat rakyat yang malah merasa riskan ketika dirinya diharuskan berinteraksi dengan instansi tersebut alih-alih bahasa umum masyarakat ketika kehilangan sepeda motor kemudian dilaporkan dan bermimpi untuk mendapatkan kembali sepeda motor tersebut harus mengorbankan rumah yang didiami dan banyak lagi cerita lain yang dialami; prosesi hukum, kecelakaan dsb.
Namun dengan kedatangan seorang polisi yang memiliki kelihaian nyanyi dan goyang india serentak kekaguman dan sederatan tepuk tangan dari masyarakat terdengar di banyak tempat.
Kita seolah dinina bobokan dengan berbagai polemik politik yang ada bahkan ormas yang banyak mengelukan pemborosan pengeluaran dana pemerintah yang sia-siapun tak terngiang rasanya ditelinga, padahal hemat penulis ketika sang Norman berubah menjadi artis laris beliaupun diposisikan sebagai seorang polisi yang dalam kondisi dinas, so...... jika dengan demikian adanya atas alasan apakah beliau digaji kalau seandainya beliau digaji pemerintah?? bukankah kita mendapatkan selembar uang karena keringat atas kerja reel kita? lantas, jika dengan demikian adanaya manakah yang harus kita perbaiki dari pemerintah?? pola kerja pemerintah yang banyak mengeluarkan duit untuk hal-hal yang di nilai kurang relepan ataukan kita merasa nyaman jika kita bisa ketawa meski secara tidak langsung duit yang kita keluarkan untuk kas pemerintah kemudian diserahkan untuk membayar senyum??

Penulis beropini seperti itu bukan berarti merasa kerampokan karena kondisi yang sudah terlanjur terjadi, namun penulis mencoba untuk saling mengingatkan kepada halayak banyak bahwa kita harus hidup di dunia masing-masing memegang peranan penting diwilayanhnya masing-masing sadar atas konsekwensi hidup kita sendiri agar roda kehidupan tak berbelit bertukar posisi sehingga terjadi keterbengkalain porsi masing-masing.
Sekali lagi penulis tegaskan, penulis bukan ingin mengusik apa yang terjadi namun kita harus belajar dewasa menilai, dewasa berfikir dan sadar akan porsi masing-masing agar kecemburuan sosial tidak terlalu terliahat kepermukaan, tentukan arah dan tujuan, beri langkah dan cara yang pasti.

PENILAIAN MANUSIA UNTUK MANUSIA

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang paling Mulia yang ada di muka bumi ini, dijadikan sebagai pengatur, pembentuk dan secara tidak langsung sebagai penentu kehidupan mendatang yang akan dijalani selanjutnya setelah peletak batu kehidupan itu terbentuk dan diakui. Manusia yang memiliki rasa karsa serta karya yang memiliki andil besar akan eksis sesuai dengan paradigma berfikir yang ia jalani, baik bersikap proforsional atau bahkan kontroversial dengan lingkungan yang ada karena manusia adalah jenis satu makhluk yang bebas menentukan kehidpannya sendiri sesuai dengan kreatifitas yang dia miliki dengan demikian manusia adalah orang-orang hebat dibidangnya masing-masing