Sabtu, 23 April 2011

FENOMENA MASYARAKAT

Pagi, siang, sore sampai malam hari media masa terutama media elektronik sangant diramaikan dengan kedatangan artis baru di blantika dunia artis layar kaca yang nota bene sebagai salah satu personil kepolisian yang tak lain adalah sang fenomental Norman Kamaru dari Gorontalo exist di dunia kaca sebagai polisi yang memberi image positif tentunya untuk instasi kepolisian.

Instansi kepolisian yang kerap kali menjadi momok menakutkan bagi sebagian masyarakat yang dipaksa harus berinteraksi dengan salah satu instasi pemerintahan ini karena di akui atupun tidak ternyata di samping kepolisian memberikan naungan hukum untuk mengamankan sang penjahat instansi kepolisian juga ternyata banyak dihuni oleh oknum-oknum kepolisian yang banyak mencoba meraih keuntungan dikalangan masyarakant lemah atupun kaya. Banyak hal yang membuat rakyat yang malah merasa riskan ketika dirinya diharuskan berinteraksi dengan instansi tersebut alih-alih bahasa umum masyarakat ketika kehilangan sepeda motor kemudian dilaporkan dan bermimpi untuk mendapatkan kembali sepeda motor tersebut harus mengorbankan rumah yang didiami dan banyak lagi cerita lain yang dialami; prosesi hukum, kecelakaan dsb.
Namun dengan kedatangan seorang polisi yang memiliki kelihaian nyanyi dan goyang india serentak kekaguman dan sederatan tepuk tangan dari masyarakat terdengar di banyak tempat.
Kita seolah dinina bobokan dengan berbagai polemik politik yang ada bahkan ormas yang banyak mengelukan pemborosan pengeluaran dana pemerintah yang sia-siapun tak terngiang rasanya ditelinga, padahal hemat penulis ketika sang Norman berubah menjadi artis laris beliaupun diposisikan sebagai seorang polisi yang dalam kondisi dinas, so...... jika dengan demikian adanya atas alasan apakah beliau digaji kalau seandainya beliau digaji pemerintah?? bukankah kita mendapatkan selembar uang karena keringat atas kerja reel kita? lantas, jika dengan demikian adanaya manakah yang harus kita perbaiki dari pemerintah?? pola kerja pemerintah yang banyak mengeluarkan duit untuk hal-hal yang di nilai kurang relepan ataukan kita merasa nyaman jika kita bisa ketawa meski secara tidak langsung duit yang kita keluarkan untuk kas pemerintah kemudian diserahkan untuk membayar senyum??

Penulis beropini seperti itu bukan berarti merasa kerampokan karena kondisi yang sudah terlanjur terjadi, namun penulis mencoba untuk saling mengingatkan kepada halayak banyak bahwa kita harus hidup di dunia masing-masing memegang peranan penting diwilayanhnya masing-masing sadar atas konsekwensi hidup kita sendiri agar roda kehidupan tak berbelit bertukar posisi sehingga terjadi keterbengkalain porsi masing-masing.
Sekali lagi penulis tegaskan, penulis bukan ingin mengusik apa yang terjadi namun kita harus belajar dewasa menilai, dewasa berfikir dan sadar akan porsi masing-masing agar kecemburuan sosial tidak terlalu terliahat kepermukaan, tentukan arah dan tujuan, beri langkah dan cara yang pasti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar